Cari Blog Ini

Jumat, 15 April 2011

Iwan Fals Sang Musisi Legenda

Indonesia harus berbangga mempunyai musisi seperti Iwan Fals. Penyanyi balada yang selama ini dikenal sebagai ‘corong’ bagi rakyat kecil ini sukses menggambarkan kondisi sosial dan politik di Indonesia lewat lagu-lagunya. Hanya bersenjatakan sebuah gitar, Iwan sukses merangkul fans hingga jutaan dan menjadi salah satu figur publik paling disegani di Indonesia.
Virgiawan Listianto dilahirkan di ibukota Jakarta, 49 tahun silam. Masa kecilnya lebih banyak dihabiskan di kota Bandung. Ia juga pernah ikut salah satu saudaranya bermukin di kota Jeddah, Arab selama 8 bulan.
Bakat bermusik Iwan terasah ketika umur 13 tahun. Kala itu ia seringkali mengamen di jalan-jalan kota Bandung. Iwan melakukan hal tersebut bukan karena kekurangan secara materi. namun ia ingin belajar mandiri dan mengasah kemampunannya mencipta lirik lagu. Bahkan di sekolahnya semasa SMP, Iwan didapuk menjadi gitaris paduan suara sekolah.
Kesempatan pertama Iwan menjadi musisi profesional datang ketika seorang produser menawarinya untuk rekaman di Jakarta. Tanpa pikir panjang Iwan mengiyakan ajakan tersebut dan menjual motor kesayangannya untuk biaya membuat master rekaman. Kala itu, Iwan bersama ketiga rekannya, Toto Gunarto, Helmi dan Bambang Bule tergabung dalam grup musik bernama Amburadul. Namun sayang, sesuai nama grupnya, album pertama Iwan tidak laku di pasaran. Ia pun kembali melanjutkan hobi lamanya : mengamen.
Sembari mengamen, Iwan rajin mengikuti berbagai festival musik. Ia sempat memenangkan sebuah festival musik Country dan festival musik humor. Iwan bahkan sempat kembali ke dapur rekaman dengan sebuah album humor yang dirilis oleh ABC Records. Namun album tersebut kembali gagal menembus pasar dan hanya dinikmati kalangan tertentu saja.
Setelah merilis 4-5 album yang tidak ‘bunyi’, peruntungan mulai mendatangi Iwan saat ia menggarap album bersama sebuah label bernama Musica. Di label ini lagu-lagu Iwan digarap dengan serius. Pada album Sarjana Muda, misalnya, lagu-lagu Iwan digarap musisi kawakan Willy Soemantri.
Album Sarjana Muda banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Waktu siaran acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI.
Setelah cukup dikenal pun Iwan masih tetap menjalankan profesi sampingannya, menjadi pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah-rumah dan di kawasan Pasar Kaget serta Blok M. Iwan baru berhenti total mengamen saat anak keduanya, Cikal, lahir pada tahun 1985.
Selama masa pemerintahan Orde Baru, Iwan kerap kesulitan untuk manggung. Konsernya seringkali dibatalkan oleh aparat berwajib karena lirik lagunya yang dinilai kritis dan mencela pemerintah.
Ketenaran Iwan mencapai puncaknya ketika bergabung dengan grup musik SWAMI pada tahun 1989 dan merilis album dengan nama sama. Lagu-lagu dari album tersebut, seperti bento dan Bongkar, menjadi superhits karena liriknya yang begitu mewakili keadaan rakyat kecil. Iwan pun dianggap sebagai semacam sosok pahlawan pembela rakyat kecil. Lalu pada tahun 1990, Iwan bergabung dengan grup musik Kantata Takwa bersama pengusaha besar Setiawan Djody. Berkat dukungan Djody, grup musik Kantata Takwa dikenal kala itu sebagai grup musik Indonesia yang selalu menyelenggarakan konser musik terbesar dan termegah. Hal ini ditambah lagi dengan kharisma seorang Iwan Fals yang makin lama makin terang sinarnya.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum ‘akar rumput’. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang Oi dapat ditemui setiap penjuru Nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara.
Lagu-lagu Iwan Fals sebagian besar menyoroti penindasan rakyat kecil oleh kaum-kaum ‘kelas atas’. Selain itu ada berbagai topik lain yang menjadi kegemarannya, yakni kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain. Namun tidak hanya berkutat di politik dans osial, terkadang Iwan menunjukkan sisi lembut dan romantisnya di beberapa lagu . Salah satu yang paling ternama adalah lagu Kemesraan, yang diciptakannya bersama penyanyi Franky Sahilatua.
Selain menjadi musisi, Iwan juga menggeluti dunia bela diri. Gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989 pernah diraihnya. Ia sampai terpanggil masuk pelatnas dan mengajar karate di bekas kampusnya. Kegemarannya pada olahraga juga sempat mengantarnya menjadi kontributor sejumlah tabloid olah raga.
Iwan Fals menikahi Rossana, wanita yang selalu setia mendampinginya sejak masih menjadi musisi jalanan. Wanita yang akrab disapa Mbak Yos ini kini menjabat sebagai manajer Iwan.
Dari pernikahannya, Iwan dikaruniai tiga buah hati, yakni Galang Rambu Anarki (alm) , Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Rabbani. Kematian putra sulungnya, Galang, karena obat-obatan, sempat membuat Iwan Fals down dan berhenti berkarya selama beberapa tahun. Namun kecintaan Iwan untuk menyuarakan pikirannya lewat syair dan nada membuatnya kembali menggeluti dunia tersebut, hingga sekarang.
Sosok dan kharisma Iwan telah menjadi legenda, dan hingga saat ini pun dirinya masih rajin berkarya. Sunggu keteguhan hati yang pantas menerima sanjungan dari para generasi muda, dan menjadi panutan tentunya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar