DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
I.
P ENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam budidaya kelapa sawit dibutuhkan pemeliharaan
terutama pada saat TBM termasuk pemeliharaan gawangan kelapa sawit. Gawangan adalah area diantara titik tanam. Gawangan digunakan sebagai akses untuk pengangkutan
buah dan perawatan tanaman. Dalam budidaya
kelapa sawit, gawangan
harus selalu dipelihara agar bebas
dari gulma. Selain untuk menghindari
persaingan
dalam mendapatkan unsur hara antara tanaman dan gulma, pemeliharaan gawangan penting dilakukan
untuk menghindari kerusakan tanaman akibat efek negatif gulma, mendukung
kegiatan pemeliharaan tanaman lainnya, dan mempermudah kegiatan pengawasan dan
panen pada fase tanaman menghasilkan.
Pemeliharaan gawangan
dilakukan dengan membersihkan gulma yang terdapat di antara titik tanam baik
itu dilakukan secara mekanis seperti babat layang, wiping, dan
mendongkel anak kayu yang terdapat di gawangan,
maupun secara kimiawi dengan aplikasi herbisida. Untuk tanaman
yang berumur kurang dari 3 tahun, pemeliharaan gawangan sebaiknya dilakukan secara mekanis. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan daun, karena penggunaan herbisida
sangat berisiko merusak daun-daun muda tanaman. Pemeliharaan gawangan dilakukan dengan
rotasi 3 bulan sekali atau 4 kali setiap tahun tergantung
kebutuhan. Umumnya, pada musim hujan rotasi pemeliharaan piringan
dilakukan lebih rapat karena pertumbuhan gulma akan lebih cepat dibandingkan
musim kemarau.
Tujuan
Praktikum bertujuan agar mahasiswa
dapat memelihara kelapa sawit TBM 1-2 mencakup :
1. Melaksanakan
pengendalian gulma di gawangan kelapa sawit TBM 1-2
2. Menentukan
kebutuhan tenaga kerja dan waktu untuk pemeliharaan TBM kelapa sawit
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Kelapa
sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan penting penghasil minyak
industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Tanaman Sawit berasal
dari Guinea (pantai barat Afrika). Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis)
termasuk dalam anggota famili Palmae yang merupakan golongan keras minyak
nabati. Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk dalam divisi
Tracheophyta, kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledoneae, ordo Cocoideae,
famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaeis guineensis (Corley
1976).
Tingginya
peranan kelapa sawit dalam perekonomian indonesia telah mendorong pemerintah
dan pihak swasta berlomba – lomba untuk berperan dalam pengembangan kelapa
sawit. Hal ini situnjukan dengan perkembangan luas areal perkebunan kelapa
sawit di Indonesia. Data Departemen
pertanian (2008) menunjukan terjadi peningkatan luas areal penanaman kelapa
sawit selama 28 tahun, yaitu 290 000 ha pada tahun1980 menjadi 6
611 000 ha pada tahun 2008.
Kelapa sawit merupakan penyumbang devisa negara yang cukup penting.
Volume ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2007 mengalami peningkatan,
yaitu menjadi 5.701.300 ton dengan nilai ekspor sebesar US$
1 062 215 (Direktorat Jendral Perkebunan 2009). Kelapa sawit termasuk
tanaman berumah satu (monocious) yaitu tanaman yang memiliki bunga jantan dan
bunga betina dalam satu tanaman. Kedua jenis bunga tersebut keluar dari ketiak
pelepah daun dan berkembang secara terpisah. Bunga dapat menyerbuk sendiri
maupun menyerbuk silang. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif terdiri dari akar, batang dan
daun, sedangkan bagian generatif adalah bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan
Tojib 2003).
Pengendalian
gulma adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan secara intensif. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi tingkat kompetisi gulma terhadap tanaman pokok dalam
pemanfaatan unsur hara, air, cahaya, dan ruang-tumbuh serta memudahkan kontrol
pekerjaan serta menekan populasi hama dan penyakit. Secara umum penurunan hasil
tanaman akibat kehadiran gulma dapat mencapai
20-80% bila gulma tidak dikendalikan (Moenandir 1985).
Sastrosayono (2003)
menjelaskan bahwapengendalian gulma di gawangan dengan cara mendongkel anak
kayu dan keladi – keladi yang tumbuh digawangan dan membabat tidak boleh
bersamaan waktu dengan dongkel anak kayu. Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan untuk
mencegah persaingan penyerapan unsur hara antara tanaman intidengan gulma
pengganggu. Dalam kegiatan mendongkel diharuskan akar benar- benar
terangkat agar mati.
III. BAHAN
DAN M ETODE
Waktu
dan Tempat
Waktu:
07.00 – 10.00 WIB
Hari
dan tempat: Senin, 3 Maret 2014 bertempat di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga
Alat
dan Metode
Alat
:
1. Sabit/parang
(4 buah)
2. Cados
(1 buah)
3. Ember
(1 buah)
Metode Kerja:
1. Lakukan
babad layang (membabad gulma sampai pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah)
untuk seluruh jenis gulma lunak yang ada di gawangan kelapa sawit TBM ?
2. Berantas
gulma-gulma berikut: Imperata cylindrical,
Mikania micrantha, Lantana camara, Melastoma malabatricum, Clidemia
hirta, dll.
3. Lakukan
dongkel anak kayu (DAK) terhadap semua jenis gulma berkayu dengan menggunakan
alat cados (cangkul-dodos). Akar gulma harus tercabut dari dalam tanah,
dibersihkan dari tanah dan diletakkan di gawangan mati.
4. Catatlah
waktu mulai dan waktu selesai bekerja kelompok untuk menghitung prestasi kerja
seluruh kegiatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Waktu Kerja : 08.25-08.45 = 20 menit = 1/3
jam
Hari Kerja
(HK) :
5 orang x 1/3 jam = 5/3 jam = 1,67 jam/7 jam = 0,238 hk
Prestasi Kerja
(PK) : 4 pokok/0,238 hk = 16,8 pokok/ hk

Hasil diatas setara
dengan 

Kategori spesies
gulma pada gawangan kelapa sawit :
·
Spesies gulma yang
diberantas :
v Sembung
rambat (Mikania micrantha)
v Putihan
(Chromolaena odorata)
·
Spesies gulma yang
dikendalikan :
v Commelina benghalensis
v Wedelia biflora
v Tetracera indica
v Mimosa invisa
Pembahasan
Gulma
adalah tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia (Sembodo,
2010). Hal ini menyebabkan gulma harus dikendalikan sampai pada tingkat yang
tidak menyebabkan kerugian. Pada praktikum ini, pengendalian gulma dilakukan
pada gawangan kelapa sawit TBM 1-2. Gawangan merupakan area yang terdapat
diantara barisan tanaman. Menurut Hakim (2007), gulma pada gawangan
dikendalikan secara periodik 1-2 bulan sekali, dimaksudkan untuk mempermudah
pemanenan atau petugas pemeliharaan tanaman bekerja.
Macam
metode pengendalian yang diterapkan pada perkebunan antara lain cara mekanis
atau kimia atau keduanya, dilakukan disekitar tanaman (piringan), kiri-kanan
baris tanaman, menyeluruh (blanket), penyemprotan jalan panen pada kebun kelapa
sawit, atau penyemprotan pada gulma-gulma tertentu saja (spot spraying). (Sembodo 2010). Pengendalian gulma pada praktikum
ini dilakukan dengan cara mekanik. Metode mekanik yang digunakan untuk
mengendalikan gulma pada gawangan kelapa sawit yaitu babat layang dan dongkel
anak kayu (DAK). Dongkel anak kayu (DAK)
adalah kegiatan mencabut, mendongkel anak kayu, serta mengupas tunas/ kulit
tunggul kayu yang masih segar di gawangan kelapa sawit (Risza 2010). Gulma yang
terdapat pada gawangan yang dikendalikan dengan cara DAK adalah Tetracera indica, Chromolaena odorata, dan Mimosa
invisa. Ketiga gulma tersebut dikendalikan dengan cara DAK karena merupakan
gulma berkayu. Babad layang adalah membabad gulma sampai pada ketinggian 20 cm
dari permukaan tanah. Gulma yang dikendalikan dengan cara ini adalah Wedelia biflora dan Commelina benghalensis. Kedua gulma ini hanya dikendalikan dengan
babad layang karena keberadaannya tidak terlalu merugikan bagi tanaman kelapa
sawit. Selain itu, kedua gulma tersebut merupakan jenis gulma lunak. Gulma
penting lain yang terdapat pada gawangan kelapa sawit ini adalah sembung rambat
(Mikania micrantha). Gulma ini tidak
dikendalikan dengan cara babat layang karena keberadaannya sangat merugikan
sehingga harus dihilangkan sampai ke akarnya dari area gawangan.
Pengendalian
gulma di gawangan menetapkan kriteria W1 dan W2. Keberadaan gulma diperbolehkan
ada karena pada area ini tidak terkonsentrasi perakaran tanaman kelapa sawit
sehingga tidak terjadi persaingan sarana tumbuh, terutama hara. Pemupukan bagi
tanaman kelapa sawit diberikan di sekitar piringan sehingga lain halnya dengan
gawangan, piringan harus bersih dari gulma yaitu pada kriteria W0 agar tidak
terjadi persaingan hara dan sarana tumbuh lainnya. Pada prinsipnya, daerah
sekeliling pangkal batang (circle) harus bersih dari gulma apapun (clean
weeding). Jalan panen (harvesting path) harus selalu terjaga agar tetap bersih
(maksimal weed cover 30%). Gulma diperbolehkan tumbuh namun terkendali.
Demikian juga daerah gawangan. Penyiangan bermaksud untuk mengurangi persaingan
pada pengambilan unsur hara, udara, air, dan sinar matahari yang akan
menyebabkan antara tanaman kelapa sawit terganggu pertumbuhannya (Hakim 2007).
Utomo
(2007) menjelaskan bahwa gulma di perkebunan kelapa sawit telah diketahui
sebagai salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi kelapa sawit secra
kualitatif dan kuantitatif. Kehadirannya akan menurunkan produksi karena
kemampuan gulma dapat menyaingi pertumbuhan kelapa sawit. Selain itu dapat mempersulit pemeliharaan tanaman
termasuk didalam melakukan upaya pemungutan hasil.
Pengendalian gulma
secara mekanis dengan cara dongkel anak kayu (DAK) dan babat layang
menghabiskan waktu selama 20 menit. Pengendalian dilakukan oleh 5 orang
menggunakan alat sabit dan cados (cangkul-dodos). Berdasarkan perhitungan hari
kerja (HK) diperoleh HK sebesar 0,23857 dengan prestasi kerja (PK) sebesar
16,766 pokok tanaman kelapa sawit per hari kerja. Hasil ini setara dengan 8,51
hk/ha. Jika dibandingkan dengan prestasi kerja tenaga kerja di perkebunan maka
prestasi kerja ini lebih tinggi. Pada perkebunan kelapa sawit, selective weeding pada areal gawangan
secara manual. Rotasi penyiangan 3-4 bulan sekali, tergantung kondisi gulma.
Penggunaan tenaga kerja 1-2 hk/ha/rotasi (Hakim 2007).
V. SIMPULAN
Pengendalian gulma di
gawangan kelapa sawit TBM 1-2
dilakukan
dengan cara mekanik. Metode mekanik yang digunakan untuk mengendalikan gulma
pada gawangan kelapa sawit yaitu babat layang dan dongkel anak kayu (DAK) tergantung pada jenis gulma yang dikendalikan. Babad layang adalah membabad gulma sampai
pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah
untuk
Wedelia biflora dan Commelina benghalensis. Dongkel anak kayu (DAK)
dilakukan untuk mendongkel anak kayu, serta mengupas tunas/ kulit tunggul kayu gulma yang masih segar di
gawangan kelapa sawit seperti Tetracera
indica, Chromolaena
odorata, dan Mimosa invisa. Penggunaan tenaga kerja dan waktu yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan TBM kelapa sawit adalah 1-2
hk/ha/rotasi untuk selective weeding
pada areal gawangan secara manual
dengan rotasi
penyiangan 3-4 bulan sekali, tergantung kondisi gulma.
DAFTAR PUSTAKA
Corley,
R. H. V. 1976. Oil Palm Research, The Genus Elaies. Elsevier, Amsterdam. Press: Jakarta.
Hakim, Memet. 2007. Kelapa
Sawit Teknis Agronomis dan Manajemennya (Tinjauan Teoritis dan Praktis). Jakarta
: Lembaga Pupuk Indonesia.
Mangoensoekarjo, S dan A.T. Tojib 2005. Manajemen budidaya kelapa
sawit, halm 1 – 318.Dalam S.
Mangoensoekarjo dan H. Semangun (Eds). Manajememen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Gajah Mada University press. Yogyakarta.
Risza, Suyatno. 2010. Masa
Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta :
Kanisius.
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Sembodo,
Dad R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar